Bersyukur

31 Oktober 2010 saya sedikit merefleksi kehidupan saya di Jepang. Mungkin dulu waktu awal-awal saya sempat iri dengan kebaikan keluarga homestay dari Natanael. Tapi sekarang saya mensyukuri keluarga homestay saya disini.

Apa saja yang saya syukuri disini? Pertama-tama adalah kebaikan keluarga saya. Mengetahui saya kedinginan, mereka sampai repot-repot menyiapkan selimut dan heater buat saya. Bahkan sampai dengan saat ini saya disediakan 3 buah selimut di kamar. Padahal dengan 1 selimut saya sudah merasa hangat. Tapi mereka agaknya sedikit khawatir karena di musim gugur seperti ini saya sudah kedinginan, bagaimana di musim dingin nanti. Mungkin persepsi itu yang saya tangkap. Mereka pun menyiapkan “kotatsu” atau meja pemanas. Sehingga saya bisa merasa hangat ketika sedang mengerjakan sesuatu diatas meja.

Menurut cerita dari Natanael sih dia tidak disediakan “kotatsu” seperti saya. Terlebih di ruang keluarga juga tidak disediakan heater atau pemanas ruangan. Agak sedikit ga kebayang kalau saya tidak mendapatkan fasilitas pemanas itu seperti Natanael. Ada heater saja terkadang merasa kedinginan sedikit, bagaimana tidak ada heater. Wah sudah pakai jaket berlapis-lapis pasti.

Kedua hal yang saya syukuri adalah di keluarga homestay saya merasa seperti dianggap anak sendiri oleh mereka. Mereka mengajak saya belanja dan berusaha mengajak saya ikut serta di setiap kegiatan yang mereka lakukan. Walau terkadang ada juga kegiatan tertentu dimana saya mungkin tidak diinginkan ikut serta seperti menghadiri acara pernikahan.

Mensyukuri hal itu juga tentu saya coba bandingkan dengan keluarga Natanael. Natanael bilang kalau dirinya tidak pernah diajak pergi kecuali ada acara khusus. Hal itu terkesan Natanael dianggap sebagai tamu disana. Yah saya tidak tahu sih kalau ternyata Natanael sudah diajak namun dirinya menolak untuk ikut.

Ketiga yang saya syukuri adalah bahwa keluarga homestay family saya sekarang menghargai setiap yang saya lakukan. Mungkin dulu ketika awal berada disini ada yang namanya culture shock atau apa namanya, sehingga setiap yang saya lakukan terkesan salah dimata mereka. Namun sekarang saya berusaha untuk beradaptasi. Sebagai contoh saya selalu berusaha membantu mereka meskipun hanya hal kecil seperti mengelap meja atau mengembalikan mayonaise ke kulkas dan mereka sangat menghargainya.

Hari ini pun ketika saya memasak Indomie untuk mereka. Mereka membalasnya dengan memberikan coklat untuk saya. Saya memperoleh Indomie dari Natanael. Natanael membawa banyak Indomie. Saya melakukan barter dengannya. Saya memberikan 2 pasang sarung tangan dan Natanael memberikan 2 bungkus Indomie. 1 Indomie sudah saya makan kemarin ketika keluarga saya pergi ke acara pernikahan. Dan 1 lagi saya masak buat keluarga homestay saya. Waktu itu saya juga pernah diberi sekotak coklat dari Los Angeles oleh mereka. Coklat itu ada rasa mint-nya namun menurut saya sangat sedikit, karena rasa mint itu mereka tidak suka dan memberikan sekotak coklat itu untuk saya. Wah sungguh saya bersyukur sekali.

Hari ini dimalam hari kita merayakan Haloween dengan sedikit pesta kecil. Ibunda homestay saya disini masak segala sesuatu dengan bahan dasar pumpkin atau labu yang menjadi momok utama di setiap acara Haloween. Ada pumpkin soup yang rasanya sangat enak. Ada pula bitterballen pumpkin atau bola-bola goreng dari labu. Ada pula tumis pumpkin plus tahu. Wah sungguh enak makan malam hari ini. Sungguh pesta haloween kecil yang membahagiakan.

Mensyukuri yang saya dapat di Jepang ini semuanya adalah anugrah. Dan sepertinya saya akan merindukan keluarga homestay saya bila saya kembali ke Indonesia nantinya… Thanks God for everything……

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s