Jangan Mengucilkan Mereka…

Suatu ketika saya melihat tulisan singkat atau lebih tepatnya foto-foto dari pengasuh presiden Amerika sekarang yaitu Obama yang ternyata adalah seorang transgender yang ada di Yahoo. Sangat mengejutkan bagi saya pribadi mengetahui kenyataan bahwa orang yang mungkin saat ini bisa dibilang menjadi orang nomor 1 di dunia yaitu Presiden Obama diasuh oleh seorang transgender.ย  Jujur saya kaget dan speechless…

Hingga selang cukup waktu lama muncul berita lain terkait seorang transgender yang didiskualifikassi dari miss Universe di berita ini. Kemudian lagi seolah dituntut untuk membuat postingan ini, sahabat di Jepang yang biasa saya panggil Mam Imel membuat tulisan tentang hari untuk transgender di Jepang.

Nah sebelum membaca tulisan saya lebih lanjut mohon jangan disangkut pautkan masalah ini dengan sesuatu yang berbau agama. Saya tau dan mengerti dalam kehidupan beragama mengubah jenis kelamin itu dilarang, jadi jangan menggurui dengan aturan agama dalam konteks ini. Saya ingin para pembaca lebih menggunakan hati nurani jika membaca tulisan saya lebih lanjut daripada mempersoalkan urusan dengan Tuhan. Karena semua manusia sama di hadapan Tuhan, kecuali jika Anda merasa sebagai manusia paling sempurna yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan. ๐Ÿ™‚

Para pembaca yang mengenal saya langsung atau melalui tulisan saya pasti sudah mengetahui bahwa saya paling benci dengan yang namanya perbedaan yang mengakibatkan seseorang sampai dikucilkan. Karena jujur saja saya pun pernah merasakan bagaimana rasanya dikucilkan oleh orang lain. Karenanya buat saya perbedaan itu indah dan karena perbedaan lah kita ada dengan mengisi kekurangan satu sama lain. Saya paling tidak suka jika seseorang membeda-bedakan apapun itu mulai dari agama lah, cacat fisik lah, orientasi seksual, hingga permasalahan yang mungkin sangat riskan ini yaitu masalah transgender.

Nah saya ingin menilik masalah transgender diatas. Kenapa sih masalah transgender di dunia terutama di Indonesia menjadi sesuatu yang dipermasalahkan? Mengapa kita harus mengucilkan dan memandang mereka sebelah mata? Faktor agama?! Oke FINE… But looks into your heart and think with your logic. Logikanya… orang di dunia ini ingin menjadi orang yang normal dan tidak berbeda. Bayi yang baru lahir pun kodratnya semua sama. But think… apa sih alasan yang membuat mereka memilih menjadi transgender? Salah satunya adalah faktor lingkungan. Nah jadi sangat TIDAK PATUTLAH kita men-judge dan mengucilkan mereka bila kita (lingkungan) sebagai penyebab mereka memilih menjadi transgender.

Sekarang coba gunakan hati… Bagaimana bila ternyata di kemudian hari anak Anda sendiri yang memilih menjadi seorang transgender? Bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda juga akan mengucilkan nya? Orang tua yang masih memiliki hati tentunya masih akan menganggap anak tersebut sebagai anak mereka walaupun mereka harus menanggung malu. Kecuali jika Anda adalah orang tua yang mohon maaf saya dengan tegas bilang Anda sebagai orang tua yang tidak memiliki hati nurani.

Selain itu coba gunakan hati dan bayangkan jika dunia ini dibalik. Dimana orang dianggap normal jika mereka menjadi seorang transgender. Nah, Anda kemudian memilih untuk tidak menjadi transgender dan karena pilihan itu Anda dianggap tidak normal. Bagaimana perasaan Anda dianggap tidak normal dan dikucilkan?

Melalui posting ini saya tidak bermaksud apa-apa. Saya juga tidak munafik bahwa terkadang saya merasa takut atau mungkin enggan bila berjumpa langsung dengan transgender/waria. But selama mereka tidak mengganggu kita untuk apa kita sampai mengucilkan mereka? Mengapa kita tega mengucilkan mereka? Memang terkadang kesalahan para transgender/waria yang ada di Indonesia adalah suka menggoda dan mencari sensasi yang mungkin diluar batas kewajaran. But untuk mereka yang berbuat baik atau bahkan berprestasi, masihkah harus dikucilkan?

Contoh dari link artikel diatas. Seorang transgender yang berhasil menjadi finalis sampai ke miss Universe. Buat saya itu adalah pencapaian yang luar biasa dan menurut saya dia sudah menjadi wanita seutuhnya. Selain memiliki pesona kecantikan, attitude-nya tentu juga baik karena bisa sampai menjadi seorang finalis di ajang bergengsi di dunia.

Hal lain adalah seorang mantan pengasuh orang nomor 1 di dunia. Tentu tak pernah terpikir bahwa orang besar seperti Presiden Obama diasuh oleh transgender bukan? Saya pun tak pernah menyangka. Seorang pengasuh yang transgender saja mampu mendidik orang menjadi hebat dan luar biasa. Jadi kenapa kita harus mengucilkan dan memandang rendah mereka jika mereka mampu mendidik orang menjadi orang nomor 1 di dunia?! Orang normal saja belum tentu mampu mendidik anak hingga menjadi orang hebat dan nomor 1 di dunia.

So… masihkah kamu mengucilkan mereka?!

Jika Anda masih mempunyai hati nurani maka saya yakin Anda juga akan setuju dengan saya supaya kita โ€œJangan Mengucilkan Mereka…โ€

31 thoughts on “Jangan Mengucilkan Mereka…

  1. Wih… Berat nih Topik bahasannya, hehe…

    Jujur kalo saya bertemu langsung dengan transgender secara langsung (yg lagi mangkal) pasti ngacir…, karena orientasi mereka berbeda

    Saya pernah punya pengalaman Sewaktu prajabatan, ada salah seorang Guru laki laki yang agak melambai, semua di Angkatannya pada ngeledek dan menjadikannya bahan tertawaan, dan pas ada kesempatan saya coba untuk menyapa beliau dan mencoba berteman, ternyata beliau Seorang Guru yang luar biasa penuh dedikasi mengajar ke Daerah terpencil, orangnya juga baik, dan Beliau mengatakan kalo itu sudah pembawaannya dan beliau ikhlas dipandang bagaimanapun, saya semakin salut saja ke Beliau.

    Sayangnya di Indonesia Penampilan adalah Ukuran mutlak dalam menilai seseorang, belum tentu orang yang Gagah, Tampan itu baik, dan sebaliknya.

    • hehehe saya pun ga munafik kalau saya ketemu langsung saya pasti lbh memilih menghindar….
      Tapi yg jelas meski kita menghindar janganlah kita mengejek mereka atau mencacinya.
      Intinya sih kita bisa lebih menghargai mereka dan tidak mengusik mereka ๐Ÿ™‚

  2. jujur saya pernah menghina mereka.
    tapi itu dulu teman. waktu SMA.
    pernah kemaren aku kenal ama waria.
    dan kenapa dia jadi waria. pasti ada alasanya.
    jadi kita hormati aja.
    kita juga mau di hormati. kenapa kita tidak hormat mereka?
    iya kan.

  3. Seandainya mereka bisa memilih mungkin mereka pun tidak akan mau untuk hidup sebagai transgender. Aku dulu pernah mempunyai seorang kawan yang seperti itu. Hidup dalam penolakan dari lingkungan dan keluarga. Dan akhirnya mengambil jalan pintas, mengakhiri hidupnya! ๐Ÿ˜ฆ
    aku menyesali kenapa dia berbuat itu, tapi aku lebih menyesali sikap keluarganya yang kenapa tidak bisa merangkul dia semasa dia hidup!
    May he rest in peace..

    Sorry jd sedikit curhat ๐Ÿ™‚

    • hehehe gpp mas Reno…
      Aku justru senang mas Reno mau berbagi…
      Ya tentunya jika bisa memilih tentu semua orang memilih untuk hidup normal. Tapi kadang lingkungan tidak memberi pilihan kepada mereka…

  4. Aku pernah di kucilkan. Di olok2. Di bully. Ah, itu rasanya ga enak, Van.

    Aku ada beberaapa temen seperti “mereka”. tapi aku santai aja.. toh, apa yang mereka perbuat belum tentu salah

  5. Gpp.. di maapin koq !
    ๐Ÿ˜€
    b’cause those who have never seen me or my pic also thought so…
    Yeah my name is too masculine!
    Hehehe

  6. yg pertama, saya ucapkan terima kasih utk post cardnya. So lovely post card, jd ingt kembali tempoe doeloe kala era digital belum melejt kayak sekarang

    Dan ikut mengomentari ttg transgender, menurut saya bagi mereka juga bukan hal mudah saat mengetahui dirinya ‘berbeda’ dari kebanyakan orang. Dan setahu saya juga, jarang ada yg mengejek keberadaan mereka ketika sedang bersama dalam suatu aktifitas, setidaknya saya kalau senam juga ‘bertemu’ mereka meski gak sampai terlibat banyak percakapan karena mengingat banyaknya org yg ikutan senanm massal di GOR. Nah kalau yg ‘beredar’ dijalan dgn orientasi ‘tertentu’ biasanya ‘jam terbang’nya kan larut malam dan di tempat2 tertentu shg kecil kemungkinan bertemu mereka..

  7. Transgender dari lingkungan Van? Ada gitu? keknya bawaan lahir dari dalam diri dia emang hati nuraninya beda dengan jiwa raganya.

    Yup, aku setuju bahwa kita tak perlu membeda-bedakan manusia seperti yg telah kamu sebutkan di atas. Apa lagi mengucilkannya. Tapi bedakanlah manusia berkat prestasinya, untuk memberi penghormatan kepda yg mereka istimewa.

    Iya benar, kita gak bisa memastikan anak keturunan kita sesuai harapan kita masing-masing, termasuk apakah mereka akan menjadi “normal” menurut pandangan kita atau gak.

    • Kalo aku sih menilainya tetap dari lingkungan Ucha karena IMHO Yang DiAtas menciptakan semua baik dan normal.
      Jikalau tidak atau seperti katamu bawaan lahir itu juga karena lingkungannya. Dalam hal ini orang tua.
      Pasti banyak kan orang tua yang mengharapkan anak jenis kelamin A eh tapi ternyata yang lahir berjenis kelamin B.
      Yang kuingat bahwa sejak dalam kandungan 3 bulan ke atas (klo ga slh inget) bayi sudah bisa merasakan kasih sayang orang tua.
      Jadi orang tua yang berharap jenis kelamin A kepada si anak secara tdk langsung akan membawa pencitraan si anak pula.
      Jadi jika si anak lahir dengan jenis kelamin tdk sesuai harapan, maka kasih sayang, harapan, dan kata2 yang disampaikan sejak si bayi dlm kandungan
      otomatis akan menjadi pencitraan atau seperti yg kamu bilang bawaan lahir juga.

      Atau let say ada yg bilang pamalih beli peralatan bayi sebelum bayi lahir. nyatanya ada yg banyak melakukan
      dengan mendekor kamar bayi dengan suasana pink misalnya. Setelah mengetahui anaknya laki-laki baru deh “apa boleh buat ya…”
      Nah perlakuan masa kecil deh yg membawa pencitraan nurani nya kelak.

      Nah yg kedua baru deh aku setuju bedakan manusia berdasar prestasinya. Aku setuju banget ama ucha.
      Scara ga langsung di twitter bisa keliatan ya Ucha klo akun pribadi yg berprestasi pasti followerny banyak.
      (Salah satunya Ucha yg berprestasi mengangkat nama bawean)

      Makasih Ucha buat komentarnya yg begitu kritis. ๐Ÿ™‚

  8. sebenernya kalo bisa pemerintah mengarahkan kaum transgender supaya bisa produktif dan diterima di lapangan kerja seperti masyarakat lainnya. biar gak kerja ‘liar’ dan bikin warga resah kalo ketemu (baca: parno).

  9. Pingback: Artis Jepang Yang Ingin Menebarkan Cinta | ivanprakasa.com

  10. jujur saya merasa berada dlm tubuh yg salah,. ๐Ÿ˜ฆ jika sy menjadi transgender apakah keluarga masih mau menganggap sy sbg anak mereka?? Saya takut bgt kehilangan keluargaku… Andai sy bisa memilih mungkin sy inngin mjd manusia yg normal

    • Hai Gomel…
      Salam kenal ya…
      Saya mencoba memahami pergumulan batin yang saat ini kamu rasakan. Untuk saat ini saya belum bisa menjawab apa-apa dari pertanyaan kamu, mengingat hal yang kamu tuliskan terlalu sedikit untuk saya bisa memahami kondisi kamu dan keluargamu.

      Berapa usia kamu?
      Bagaimana kehidupan kamu di keluarga?
      Bagaimana perlakuan orang tua terhadap kamu? Bagaimana kesiapan batin kamu?
      Dan bagaimana lain yang mungkin akan saya tanyakan jika memang kamu meminta saran/nasihat dari saya.

      Jujur saya tidak ingin menjadi orang yang menentukan masa depan seseorang, termasuk kamu. Oleh karena itu saya tidak ingin menjawab bagaimana respon keluarga kamu jika kamu menjadi seorang transgender, sebab itu semua tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan kamu menjadi transgender atau tidak bukan?!

      Saran saya yang pertama adalah tentunya bicarakan dan utarakan perasaan kamu selama ini kepada orang tuamu. Ungkapkan secara halus terlebih dahulu mengenai diri kamu. Jangan bilang bahwa kamu ingin menjadi transgender melainkan ungkapkan perasaan kamu yang mana kamu merasa berada di tubuh yang salah. Ungkapkan kepada ibu saja atau ayah saja terlebih dahulu. Tergantung kepada siapa kamu lebih dekat.
      Kemudian kamu harus merefleksi dirimu dan memikirkan konsekuensi yang akan diterima jika kamu menjadi transgender nantinya…

      Sebenarnya hal ini tidaklah sesimple yang saya utarakan tadi, oleh karena itu jika kamu memang ingin berbagi keluh kesah lebih lanjut dan malu tulisanmu dilihat oleh orang lain, kamu bisa mengontak saya secara pribadi melalui message via email di (ivan(dot)prakasa(at)gmail(dot)com) atau melalui pesan di facebook.

      Salam

      Ivan Prakasa

  11. manusia diciptakan dari lahir oleh tuhan dalam wujud yang sempurna , kita tidak boleh mengubah kodrat apa yg sudah di ciptakan oleh tuhan,
    transgender fuck lah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s