Oke… jadi ceritanya kemarin, 28 November 2012, saya diajak dan diundang ke acara yang diadakan oleh KBRI Tokyo (Kedutaan Besar Republik Indonesia) sebagai perwakilan blogger yang juga merupakan duta wisata dari prefektur Chiba oleh Om Rane.
Awalnya saya agak ragu bisa hadir, mengingat bahwa setiap hari Rabu adalah jadwal saya presentasi secara individual bersama dosen. Akhirnya selasa pagi saya minta izin kepada dosen untuk menghadiri acara tersebut dan dosen pun mengizinkan dan mendukung saya. Tentunya bahagia bisa mendapat izin karena berarti hari rabu bisa terbebas dari tugas-tugas dan omelan dosen tentunya huehuehehe… 😛
Jadi pagi hari dengan semangat 45 saya menjalankan rutinitas seperti biasa. Berharap juga di acara tersebut bisa bertemu dengan duta besar Indonesia di Jepang langsung… *boleh dong berharap hehehe… Singkat cerita siang itu saya datang ke KBRI Tokyo agak sedikit terlambat karena urusan sekolah. Acara saat itu dijadwalkan pukul 13:00 tapi saya baru tiba kalau tidak salah sekitar pukul 13:15. Tetapi untungnya ini adalah acara orang Indonesia (^.^)v jadi… mau di Jepang, mau di Indonesia orang Indonesia terkenal dengan budaya telat… Dan mulainya acara saat itu pun juga terlambat… hehehe…
Awalnya saya kurang paham sebenarnya undangan ini dalam rangka apa. Secara Om Rane yang mengajak saya jika ditanya jawabnya suka ‘nyeleneh’. So dari penjelasan ‘nyeleneh’ yang saya peroleh kira-kira diskusi kali ini akan membahas masalah budaya dan terkait pengembangannya di Jepang. Selain itu agak minder juga berada diantara orang-orang hebat dan sesepuh disana. Bisa dibilang saya menjadi yang paling muda disana dan tidak memiliki jabatan atau kedudukan apa-apa. Yang bisa dibanggakan mungkin cuma duta wisata prefektur Chiba. Tetapi itupun saya menjadi Chiba Ambassador melakukan campaign secara online, dalam dunia offline?! Belum tentu orang mengenal saya yang bukan siapa-siapa.
Tak lama acara pun segera dimulai. Sebelum acara dimulai sekilas saya membaca sedikit paper yang tergeletak diatas meja yang merupakan rangkuman presentasi. Akhirnya ketika acara dimulai dan melihat judul presentasi “Pengembangan Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara” saya langsung antusias dan tentu saja mengikuti dengan seksama.
Cukup panjang penjelasan konsep dan wacana “Pengembangan Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara” tersebut. Menurut saya pengembangan Rumah Budaya Indonesia atau yang kemudian disingkat menjadi RBI ini wacana yang sangat baik dan menarik. Mengapa menarik?! Karena secara tidak langsung para pemimpin Indonesia kini sudah lebih membuka matanya terhadap kekuatan “soft power” suatu negara.
Sejak dulu saya ingin sekali menulis tentang “soft power” yang bisa dikembangkan di Indonesia. Namun ternyata baru kesampean sekarang nulisnya… Padahal idenya sudah dari bulan April-Mei lalu… *maafkeun*
Jadi apa yang dimaksud dengan “soft power” itu sendiri? Dan mengapa “soft power” bisa membangkitkan dan membuat negara menjadi lebih maju dan berkembang?!
Oke saya akan menjelaskan secara singkat dan mudah agar lebih gampang dipahami karena saya sendiri bukan seorang ahli dan hanya paham secara garis besar saja. Jadi untuk menjadikan negara itu besar, kuat dan memiliki kedudukan di dunia which is mean tidak dipandang sebelah mata ada dua cara. Yaitu melalui “soft power” dan “hard power”
Mengembangkan “hard power” suatu negara berarti memperkuat negara secara langsung dari sisi ekonomi, kekuatan militer, industri dan banyak melakukan ekspor. Sebagai contoh negara yang mengembangkan “hard power” adalah negara Amerika Serikat yang tentunya merajai perekonomian dunia. Sedangkan mengembangkan “soft power” suatu negara berarti memperkuat negara secara tidak langsung melalui pengembangan budaya. Sebagai contohnya negara Korea dengan budaya K-Pop yang menjadi raja dalam dunia entertain atau negara Thailand dengan masakan Tom Yum dan makanan lainnya yang cukup kuat dan merajai dunia kuliner Asia.
Nah bagaimana dengan Indonesia? Mampukah negara kita Indonesia menjadi negara yang maju dan memiliki kedudukan di dunia?
Tentu saja mampu jika pemerintah kita mau mengembangkan “soft power” –nya. Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Jika digali akan banyak sekali “soft power” yang bisa dikembangkan oleh negara kita, Indonesia.
Makanan…?! Beragam kuliner nusantara yang jumlahnya mungkin mencapai ribuan.
Musik dan Kesenian…?! Kesenian tari… Alat musik tradisional dan masih banyak lagi yang sulit dihitung banyaknya.
Entertain…?! Jangan menganggap remeh film Indonesia… Film mistis…. Film romantis… Bahkan yang belakangan ini booming yaitu film “The Raid” yang banyak menuai pujian dari para kritikus film dan memperoleh penghargaan di festival film internasional.
Dan tentunya banyak lagi budaya Indonesia yang bisa dibanggakan dan dijadikan kekuatan “soft power” untuk mengangkat martabat bangsa.
Nah tentunya dengan pengembangan RBI ini menurut saya pribadi akan sangat mendukung Indonesia untuk melebarkan sayap di dunia internasional. Dan saya pribadi akan mendukung 100% dan membantu semaksimal mungkin pengembangan RBI ini terutama yang berada di wilayah Jepang selama saya masih berada di Jepang.
Lalu sebenarnya apa dan bagaimana sih konsep RBI itu sendiri?
RBI yang merupakan wacana yang dicanangkan oleh Mendikbud Indonesia merencanakan bahwa dengan adanya RBI ini kiranya bisa menjadi wadah bagi warga negara asing untuk lebih mengenal Indonesia di negeri mereka sendiri. Dengan diplomasi budaya yang merupakan pengembangan “soft power” kiranya +- 300 suku dan etnis, serta +- 742 bahasa dan dialek bisa lebih dikenal oleh masyarakat mancanegara.
Jika para pembaca mengetahui “The Erasmus Huis” (Pusat Budaya Belanda) atau mungkin “Institut Francais” (Pusat Budaya Perancis) yang keduanya berada di Jakarta, RBI ini secara tidak langsung akan dikembangkan seperti rumah budaya tersebut.
Lalu bagaimana dengan pengembangan RBI sendiri di wilayah Jepang nantinya? Dan bagaimanakah pandangan masyarakat Jepang terhadap budaya Indonesia? Saya akan membahasnya lebih dalam lagi di posting berikutnya besok.
Kalo sinetron masuk softpower juga gak tuh mas ivan?
@garammanis
hehehe… even mungkin agak konyol atau mungkin kurang berbobot tapi who knows siapa tahu mungkin di negeri orang itu sesuatu yang menarik.
Jadi I said it YES…. 😀
RBI? Di Solo namanya Rumah Blogger Indonesia. 🙂
Beberapa waktu lalu saya memang baca di koran tentang rencana pemerintah membangun Rumah Budaya Indonesia di beberapa negara. Iya ya, di Jakarta aja banyak pusat kebudayaan asing masa’ kita ga bisa ‘menjajah’ bangsa lain.
huehehe… nama RBI udah dipake yah di Solo… Wah harus dilaporkan nih supaya ga bentrok kalo di search di google huehehe…
kalau Indonesia jangan ditanya soft powernya… saking kebanyakan sampai tidak tahu gimana milihnya.. beda dengan negara yang cuma punya satu macam soft power ehehehehe semoga nanti negara kita cepat menemukan soft powernya untuk di kembangkan ya….
acaranya keren banget ya…
Betul mas plaus… Tapi meski begitu ga ada salahnya mengembangkan pokok2nya sekaligus misalnya batik, dan kesenian tari dan alat musiknya…
Yg jelas arah untuk pengembangan soft power sudah benar dan tinggal direalisasikan saja.
Yup acaranya oke banget… 😀
Pingback: Mari Wujudkan Indonesia Soft Power (2) | ivanprakasa.com
Owh….. *manggut-manggut*
itu to soft power… sip lah semoga kedepan bisa direalisasikan dan lebih mengenalkan budaya Indonesia di Jepang..
*tp yg telat itu apakah masuk budaya ya ????* *berfikir*
hehehe 😀
hahaha itu kayaknya bukan budaya tapi lebih cocok disebut kebiasaan hehee…. kebiasaan yang buruk 😀
kalau aku kesana nanti aku ajak aku ke RBI ya Van…
hahaha siap kakak… smoga RBInya nanti udah jadi dan aku masih disini juga… 😀
Pingback: Komunitas ASEAN Will Be In Your Hand | ivanprakasa.com
Sebenarnya banyak sekali potensi soft power di Indonesia ini, namun sepertinya kurang dikembangkan dengan baik 😦
benar sekali… sayang… 😦
Saya sih cuma berharap kedepannya kita bisa mengoptimalkan potensi “soft power” itu 🙂
amin….semoga Indonesia bs lbh baik
Pingback: Mengenal Lebih Dekat Kuliner Negara Lain (1) | ivanprakasa.com