2013 First Snow in Tokyo on Mature Day

Beberapa hari lalu tepatnya tanggal 14 Januari 2013 daerah Tokyo dan sekitarnya terjadi hujan salju untuk pertama kalinya di musim dingin. Salju kali ini turun di pagi menjelang siang hari selama sehari penuh. Dibandingan dengan salju pertama yang saya alami di Jepang, salju kali ini sepertinya turun lebih banyak. Salju siang itupun turun dengan sangat lebat. Tak lewat dari 2 jam jalanan di depan rumah semuanya sudah tertutup salju. Sudah tidak bisa dibedakan lagi mana yang merupakan jalan untuk mobil dan mana yang merupakan tanah kosong.

Seperti yang pernah saya bilang di posting waktu itu bahwa salju itu putih dan nampak indah, namun tak seindah kelihatannya. Maka sesuai dengan kata-kata saya tersebut, tak selang beberapa lama setelah salju turun saat itu, di depan apartemen tempat tinggal saya sudah ada suara ambulans yang menandakan bahwa terjadi kecelakaan. Ya… salju memang sering membawa banyak kecelakaan. Bukan hanya bagi para pengemudi kendaraan bermotor saja, pengendara sepeda dan pejalan kaki pun biasanya tak akan luput dari licin yang disebabkan oleh salju. Kereta di Jepang pun biasanya akan dihentikan apabila terjadi hujan salju. Beruntung bahwa 14 januari saat itu merupakan hari libur nasional, sehingga saya tidak harus keluar rumah. Tentunya akan sangat merepotkan apabila keluar ditengah hujan salju, karena semua transportasi pasti akan terkena imbasnya.

First snow japan 2013

Salju di Jepang setelah selang 40 menit

first snow japan 2013

Salju setelah kurang lebih 1,5 jam semua tampak putih dan sama

Terkait dengan 14 januari yang merupakan hari libur nasional di Jepang, 14 Januari merupakan peringatan 成人の日(Seijin no hi) atau yang merupakan hari untuk menuju kedewasaan. Apa itu hari kedewasaan? Hari kedewasaan adalah hari dimana penduduk yang berusia 20 tahun dianggap telah menjadi dewasa. Peringatan akan perayaan ini memang unik, saya kurang mengerti akan sejarahnya akan tetapi usia kematangan seseorang di Jepang dinilai ketika usia seseorang mencapai 20 tahun. Tentunya berbeda sekali dengan Indonesia yang mana usia 17 tahun dianggap sebagai usia dewasa.

Bila dibandingkan dengan Indonesia yang tidak memiliki hari libur nasional seperti ini pasti akan membuat para pembaca bertanya-tanya mengapa hari ini dijadikan hari libur nasional. Biasanya pada tanggal 14 Januari yang merupakan hari menuju kedewasaan, penduduk yang berusia 20 tahun akan beramai-ramai pergi ke suatu tempat yang jika tidak salah menuju ke kantor pemerintahan di suatu wilayah. (CMIIW)

Bagi wanita biasanya mereka akan mengenakan kimono dan bagi pria biasanya akan mengenakan yukata (kimono untuk pria) atau mengenakan pakaian dengan rapi berupa kemeja dan jas. Di kantor pemerintahan tersebut biasanya kepala daerah akan memberikan wejangan singkat dan akan menyatakan secara resmi mereka yang sudah berusia 20 tahun.

Menginjak usia dewasa di Jepang yaitu usia 20 tahun merupakan usia dimana warganya bisa bebas melakukan apa saja. Mereka bebas untuk merokok, minum minuman alkohol, dan sampai kebebasan untuk melakukan hubungan seksual. Namun nilai kedewasaan bagi warga Jepang bukanlah semata-mata bebas untuk melakukan apa saja, melainkan nilai kedewasaan yang bertanggung jawab. Orang tua biasanya tidak akan lagi mengatur apapun yang dilakukan oleh si anak. Namun si anak harus menanggung sendiri setiap akibat dari hal yang dilakukannya. Yah itulah kedewasaan bagi orang Jepang. Kedewasaan yang juga disertai dengan tanggung jawab.

Maka dari itu jika keluar rumah pada tanggal 14 Januari di Jepang dan menemukan orang berpakaian kimono pasti orang tersebut adalah warga Jepang yang menginjak usia 20 tahun. Meski pada saat itu hujan salju lebat, namun warga yang berusia 20 tahun menurut guru bahasa saya mereka tetap keluar rumah dan menjalani kegiatan tersebut loh… Memang yah warga Jepang itu tidak mengenal kondisi dan cuaca 😀

Kembali lagi ke masalah salju  yang bagai pedang bermata dua antara saya benci dan senang. Senang bisa melihat salju lagi, namun benci dengan hawa dingin dan licin nya jalanan. Bahkan sehari setelah turun salju dan harus kembali beraktivitas, saya terpaksa harus meniti salju untuk pergi ke stasiun karena bus yang biasanya ada terlambat sampai waktu yang cukup lama. Bahkan saya pun bisa sampai lebih dulu ke stasiun dibandingkan dengan bus. Padahal waktu saya berjalan kaki menjadi 2 kali lipat dari waktu normal biasanya loh…

Pengalaman saya meniti salju sehari setelah hujan salju merupakan pengalaman pertama berjalan meniti salju bagi saya. Ada suatu kejadian unik yang saya alami saat itu. Pertama adalah anak-anak biasanya akan didampingi oleh ibunya untuk pergi ke sekolah. Dari yang biasanya anak-anak selalu berjalan kaki menuju ke sekolah sendirian, namun kali ini sang ibu turun tangan untuk mendampingi si anak meniti salju dan memastikan keselamatan sang anak sampai di sekolah. Ini suatu hal yang langka loh, karena biasanya orang Jepang selalu mendidik anaknya untuk mandiri.

Selain itu, meniti salju kalau saya bilang butuh skill dan pengalaman. Terbukti bahwa saya selalu didahului oleh orang dari belakang saya ketika meniti salju. Hal ini bukan karena jalan saya lambat loh ya, melainkan memang saya tidak berpengalaman jalan diatas salju. Kalau keadaan biasa kecepatan saya berjalan dengan orang Jepang sudah setara karena saya sudah bisa beradaptasi dan menyesuaikan dengan kecepatan mereka.

Ketika didahului oleh orang Jepang inilah hal unik saya alami. Mereka yang mendahului saya biasanya akan mengucapkan selamat pagi dan kemudian berkata sedikit banyak tentang salju saat itu. Mereka biasanya akan berkata “taihen desune… ganbatte” yang dalam bahasa Indonesia artinya “berat yah… tapi semangat ya…” Dalam perjalanan pun sedikit banyak  mereka saling memperingati dan memberitahu akan kondisi jalan. Bila bertemu pejalan kaki dari arah berlawanan, mereka kadang memberikan info kalau jalan ini saljunya menumpuk banyak sekali atau tidak. Dan apakah aman atau tidak, atau memberitahukan apabila ada kecelakaan mobil.

Meski saya seorang foreigner (tapi kata orang-orang muka saya sudah mirip sih dengan orang Jepang)  orang Jepang tetap menyemangati sesama pejalan kaki. Tapi terlepas dari saya seorang foreigner atau bukan yah itulah orang Jepang. Terkadang saya sendiri tidak memahami sikap asli orang Jepang sebenarnya. Yang saya tau bahwa mereka akan selalu berkata “ganbatte” yang artinya “semangat” di setiap hal sulit atau hal-hal yang sedang diperjuangkan seseorang. Dan orang Jepang jarang sekali mengeluh akan kondisi yang mereka alami.

Mengingat situasi banjir yang terjadi di Jakarta saat ini, mari sedikit belajar dari orang Jepang untuk tidak mengeluh dan saling menyemangati satu sama lain. Dan semoga banjir di Jakarta segera surut dan bisa beraktivitas lagi…

Ah Jakarta… Kapan bisa bebas banjir yah…. *mengigil ditengah salju yang masih menumpuk dan dinginnya musim dingin 🙂

40 thoughts on “2013 First Snow in Tokyo on Mature Day

  1. Wah udah musim dingin dan turun salju…

    seharusnya pola kedewasaan seperti itulah yang seharusnya dijadikan contoh buat di Indonesia… Dewasa,Bebas dan Bertanggung Jawab…

  2. Huuuuuumt pengalaman yang unik bang. soal ganbatte jadi teringat akan flashdisk saya yang saya beri nama ganbate. karena saya termasuk orang yang sering membuka file kerjaan di flashdisk jadi biar tetap semangat flashdisk saya, saya beri nama ganbatte. Betul juga kata abang bahwa salju itu tidak seindah kelihatannya. Berkat salju banyak hal-hal yang biasa kita kerjakan jadi tidak bisa kita kerjakan

  3. Meski saya seorang foreigner (tapi kata orang-orang muka saya sudah mirip sih dengan orang Jepang)

    >> Ini mirip nasibku pas di Singapore.. ke sana cuma 3 hari, tapi hampir setiap hari, ada aja yang nanya jalan ke aku.. emangnya muka ku mirip penduduk asli sono.. bukan kayak turis ya? 😆

    Padahal berjilbab loh.. apa karena gayaku PD aja ya.. jadi gak kayak pendatang..

    Anyway, jaga kesehatan ya.. jangan keasyikan main salju mulu….

    • hehehe sama yah kak dita… 😀
      tapi di singapore banyak imigran dari Indonesia jadi karna itu kali ya muka orang Indo itu mirip penduduk lokal sana… 😀
      hehehe iya kak dita… makasih nasehatnya 😀

    • Yah kurang lebih sperti itu mas plaus… 😀
      hehee bener banget, buat orang Indonesia pasti seneng maen salju… meski senengnya cuma di awal dan kedinginan kemudian hihihi 😛

  4. aku pengen ngerasain salju yang langsung turun dari langit Jepang #halah di Bromo aja gue udah hampir gak bisa nafas karena dinginnya :))

    itu mungkin di Bali kayak tradisi “pangur gigi” gitu ya. Bukan mirip ritualnya, tapi itu menandakan bahwa seseorang sudah masuk usia tertentu #yakali penjelasan gue bener 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s