Kalau kita semua tahu bahwa hari ini (17 Agustus) diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia yang ke-68, apakah kalian juga tahu kalau 8 Agustus lalu merupakan peringatan berdirinya ASEAN? Ya… tanggal 8 Agustus 2013 lalu ASEAN genap sudah berusia 46 tahun. Namun di usia yang bisa dibilang mapan tersebut, apakah merupakan suatu jaminan bahwa negara-negara ASEAN memiliki integritas yang kuat?
Tidak… Saya rasa belum…
Untuk sebuah asosiasi berbasis internasional, saya rasa ASEAN belum memiliki integritas yang kuat untuk disetarakan dengan negara-negara barat dan Uni Eropa. Hal ini bisa dilihat dari hal kecil saja seperti percekcokan antar sesama anggota-nya. Tak perlu jauh-jauh, sebut saja Indonesia dan Malaysia yang mana tentunya kita sadari bahwa cukup sering terjadi perseteruan terkait masalah pengakuan budaya.
Lalu dimanakah peran ASEAN dalam menyelesaikan perbedaan atau perdebatan antara sesama anggotanya? Dimanakah kerjasama efektif antar sesama anggota nya untuk saling mendukung satu sama lain?
Menurut pendapat dan pengamatan saya pribadi, saat ini negara ASEAN bisa dibilang masih berdiri sendiri-sendiri dan saling sikut satu sama lain. Agak miris sebenarnya jika melihat peran komunitas ASEAN itu sendiri sebagai suatu wadah organisasi belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk menciptakan suatu ‘power’ di dunia internasional.
Oleh karena itu ketika mendengar adanya gaung Komunitas ASEAN 2015 saya cukup senang dan berharap banyak melalui komunitas ini bisa diwujudkan suatu komunitas yang solid dan handal di skala regional maupun global. Yang kedepannya Komunitas ASEAN 2015 ini diharapkan akan dapat mewujudkan 3 pilar utama yaitu ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community.
Sumber gambar : ASIA News
Sebagai masyarakat awam apakah kita bisa membantu mewujudkan 3 pilar utama Komunitas ASEAN 2015 tersebut?
Mungkin agak terdengar sedikit mustahil bagi kita yang merupakan orang awam untuk turut serta dalam perwujudan Komunitas ASEAN 2015 tersebut. Namun, mengingat bahwa integrasi konstruktif untuk menyongsong terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 menggunakan metode atau berbasis people centered, saya rasa siapa saja bisa turut serta dalam mewujudkan 3 pilar utama Komunitas ASEAN 2015 tersebut.
Dalam hal perwujudan ASEAN Political-Security Community mungkin kita tidak bisa berperan banyak mengingat bahwa hal-hal berbau politik mungkin hanya bisa diperankan oleh para politisi dan para petinggi negara. Namun dalam perwujudan ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community, disini masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangannya.
ASEAN Economic Community bisa diwujudkan dengan membangun komunitas solid diantara para pebisnis, sehingga komunitas ASEAN nantinya diharapkan bisa menciptakan suatu ekonomi handal dan menciptakan lapangan kerja baru yang bertaraf internasional. Apalagi seperti yang kita tahu bahwa dengan maraknya penggunaan teknologi dewasa ini, kita bisa menciptakan berbagai macam start-up bisnis baru terutama yang berkaitan dengan teknologi. Kita bisa membuat online shopping dan memasarkan produk/jasa kita hingga taraf internasional, kita bisa melakukan joint venture dengan perusahaan dalam maupun luar negri, bahkan sekarang ini melalui social media seperti twitter misalnya, kita bisa menawarkan jasa atau produk kita juga.
Sumber gambar : Singapore Business Federation
Di dalam mewujud-nyatakan pilar ASEAN Socio-Culture Community, Komunitas ASEAN 2015 saya rasa sudah memulai selangkah lebih dini. Hal ini saya lihat dari adanya Komunitas Blogger ASEAN yang menurut sepengetahuan saya sudah beberapa kali mengadakan pertemuan bertaraf internasional. Memang bisa dibilang aspek sosial budaya inilah yang paling mudah diwujudkan oleh orang awam seperti kita dibandingkan kedua pilar lainnya.
Melalui Komunitas blogger ASEAN saya berharap sosial dan budaya yang ada di negara-negara ASEAN bisa lebih tereksplorasi. Pernah saya tuliskan sebelumnya dalam tulisan “Mari Wujudkan Indonesia Soft Power I dan II” bahwa untuk memiliki kekuatan di dunia kita bisa mengembangkan “soft power” dan “hard power”
Mengembangkan “hard power” berarti memperkuat ekonomi, militer, industri dan berbagai hal lain suatu negara untuk merajai perekonomian dunia, sedangkan mengembangkan “soft power” berarti memperkuat pengembangan sosial dan budaya baik itu kuliner, musik dan kesenian, maupun entertain untuk memimpin dunia. Negara Indonesia saja memiliki berbagai ragam sosial dan budaya yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan bahkan lebih, bagaimana dengan negara ASEAN lainnya?! Saya yakin negara anggota ASEAN lain pasti juga memiliki itu semua yang jika dikalkulasi mungkin bisa mencapai ribuan atau bahkan lebih.
Namun mengapa sosial dan budaya negara ASEAN belum bisa ter-eksplorasi secara luas?! Mengapa mie ‘pho’ dari Vietnam bisa kalah dengan terkenal dari mie ‘ramen’ Jepang?! Mengapa hidangan olahan babi ‘Adobo’ dari Filipina dan ‘babi guling’ dari Indonesia bisa kalah dengan ‘Pork Ribs’ dari Amerika?! Lalu mengapa ‘Fried Chicken’ dan ‘Steak’ lebih terkenal mendunia dibandingkan ‘sate ayam’ dan ‘rendang’?!
Semua itu tentunya karena sosial dan budaya yang belum dieksplor secara luas hingga mendunia. Contoh diatas baru contoh kecil sosial budaya dibidang kuliner. Belum contoh lain yang seharusnya bisa dikembangkan dan dibuat lebih berkelas di mata internasional.
Kedepannya saya berharap melalui Komunitas Blogger ASEAN nanti, semua sosial dan budaya yang dimiliki oleh negara ASEAN bisa lebih tereksplor. Yang mana seperti yang kita tau seorang blogger biasanya terspesifikasi berdasarkan keahlian masing-masing, seperti travel blogger, food blogger dan tentunya juga banyak blogger lain yang menuliskan berbagai macam hal secara umum atau mungkin bisa disebut general/universal blogger. Dengan keahliannya masing-masing saya rasa Komunitas Blogger ASEAN mampu mengembangkan serta mengeksplorasi sosial budaya masing-masing negara ASEAN. Namun tentunya diharapkan bahwa Komunitas Blogger ASEAN bukan hanya mendukung satu atau dua pilar utama saja dari Komunitas ASEAN 2015, melainkan seluruh pilar utamanya yaitu ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community.
So… Untuk menjawab pertanyaan diatas…
Komunitas ASEAN Will Be In Your Hand…. 🙂
Aku justru deg-degan menuju AEC 2015. Pernah ngobrol sama dinas terkait tentang rencana pelaksanaan AEC 2015. Jika masyarakat Indonesia di tingkat karyawan tidak dibekali sertifikat kompetensi, dimana untuk mendapatkan sertifikat ini artinya kita harus kompeten di bidang tertentu, maka kita akan kalah saing dengan teman-teman dari negara ASEAN lainnya. Yah, gak ada kata lain, harus ada usaha maksimal dari pihak terkait untuk meningkatkan kompetensi para pekerja di Indonesia. Ini menurutku sik.
Setuju ama pendapatmu Dev…
Di Indonesia pegawainya rata-rata tidak memiliki sertifikasi. Tapi memang setauku juga di Indonesia gak ada sertifikasi karyawan gitu2 kan?! Cuma modal sertifikat lulus s1 kan?! CMIIW
Memang untuk menuju komunitas ASEAN nampaknya Indonesia masih banyak yg perlu dibenahi ya… Semoga sampai tahun 2015 nanti Indonesia sudah cukup siap menghadapinya ya… 😀
Di Jawa Tengah udah ada lembaga yang namanya BKSP (lupa kepanjangannya apa). Nah BKSP ini yang ngurus sertifikat kepada siapapun yang memintanya, termasuk anak SMK lho Van. 🙂
Aku aja belum ada sertifaktnya hahahhaa 😀
ooo gitu… tapi lembaganya nasional gak? kalo cuma setingkat daerah, sekalipun ada sertifikasinya dan ga kepake secara nasional/global sama aja boong kan?! iya gak?
Nasional Van. Itu di bawah BNSP, Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Sayangnya di Jakarta belum ada BKSP.
ooo gitu… I see dev…
yah semoga Sertifikasi karyawan bisa lebih banyak dikenal masyarakat nantinya ya… 😀
jadi Indonesia memiliki standar cukup utk bersaing dgn orang2 luar negri 😀
eh soal sertifikasi ini menarik, karena selain PNS dan karyawan swasta di bidang tertentu seperti developer, sepertinya tidak ada sertifikasi khusus untuk pekerja di indonesia
insinyur — semua kategori insinyur ada sertifikasinya, tapi belom dianggap penting soalnya yang publish “cuma” PII yang belom banyak yang tau.
guru juga ada sertifikasinya, termasuk yang akta IV itu.
dosen (terutama yang dosen praktik) juga ada sertifikasinya, kalo ga salah jadi salah satu program di PGRI — walau belom berlaku ke semua.
wah komplit… yg aku tau sih emang sertifikasi guru akta IV itu ya… yg lainnya blom tau… makasih infonya mas BIlly…
agree…
Pingback: Update Peserta Lomba Blog ASEAN | ASEAN Blogger Festival 2013
HIDUP RENDANG INDONESIA! 🙂
Hidup…. 😀