Oke… Karena kemarin di instagram @ivanprakasa (jangan lupa follow yah) pada ngedukung daku untuk nulis blog lagi, maka untuk menembus hits blog yang hampir sejuta, dakupun memutuskan untuk nulis blog lagi. Semoga bisa update blog terus ya… Ga usah muluk-muluk deh. Minimal sebulan sekali dulu targetnya. Syukur-syukur kalo bisa seminggu sekali.
Banyak banget cerita tertunda yang ingin dituangkan di blog sederhana ini. Oke, mulai dari cerita diri sendiri dulu yah yang mungkin pada banyak ketinggalan. Jadi per April 2018, saya udah gak lagi tinggal di Tokyo. Pindah jauuuuuhhhhh sekali… Ya ga jauh-jauh banget sih. Pindah ke Osaka tepatnya. Hehehe… Just FYI aja Tokyo – Osaka itu jauhnya ibarat Jakarta – Semarang lah. Jadi kalo ada yang nyariin saya di Tokyo, mohon maaf udah pindah jauh ke Osaka sehingga untuk ketemuan di Tokyo kemungkinannya kecil. Kecuali kalian main ke Osaka ya. Tentunya dengan senang hati kalau Tuhan mengizinkan dan ada waktu mungkin bisa ketemuan.
Well… Kembali ke judul… Mungkin banyak yang bertanya-tanya… Kenapa kok pindah? Kok dadakan banget? Kok ga ngasih tau dan ini dan itu. Memang ga publikasi banyak-banyak. Awalnya memang cuma keluarga dan sahabat di Osaka saja yang tau rencana ini.
Proses packing sampe bersih
Jadi sekitar dari bulan Oktober-November tahun lalu udah berencana untuk resign. Jadilah mulai nyiapin CV dan daftar sana-sini buat nyari kerjaan yang baru. Memang keputusan resign dari kantor adalah sebuah keputusan berat dan penuh pertimbangan yang saya ambil.
Terlebih bahwa mencari pekerjaan di Jepang bukanlah hal yang mudah. Sekalipun kamu lulusan dari universitas no 1 di Jepang, bukan jaminan kamu akan mendapat pekerjaan disini. Banyak contoh rekan-rekan seperjuangan yang saya kenal yang akhirnya kembali ke tanah air karena sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Banyak juga yang memutuskan berhenti ditengah pekerjaan karena sulitnya untuk beradaptasi dengan keras-nya lingkungan kerja di Jepang.
Bahkan bagi orang Jepang sekalipun, mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Banyak yang akhirnya kemudian memilih kuliah lagi daripada gak ngapa-ngapain karena gagal mencari kerja. Atau karena tidak mendapatkan pekerjaan tetap akhirnya memilih untuk sekedar menjadi pekerja part-timer saja. Oleh karena itu kalau banyak yang bertanya gimana sih caranya kerja di Jepang? Ataupun dengan gampangnya ngomong cariin dong kerjaan di Jepang… Sorry to say bukan sombong atau gimana It’s not as simple as you thought.
Banyak sekali faktor jika memang kamu mau kerja di Jepang. Selain kamu harus memiliki skill yang cukup, kemampuan berbahasa Jepang merupakan salah satu faktor utama untuk bisa bekerja di Jepang.
Gak bisa bahasa Jepang?
Jangan harap kamu bisa bekerja di Jepang kecuali kamu punya skill level dewa yang mungkin hanyalah 1 juta banding 1 orang yang memilikinya. Kalo gak punya skill, jangan harap deh kecuali kamu punya faktor luck tinggi yang juga sejuta banding satu orang yang memilikinya.
So just reminder juga buat pembaca sekalian, dewasa ini banyak agen-agen gelap yang dengan embel-embel kerja di Jepang disertai gaji puluhan juta namun menggunakan visa turis atau dengan cara ilegal lainnya. Jangan mau kena tipu ya! Cross-check dengan baik riwayat perusahaan dan legalitasnya. Karena meskipun agen tersebut sudah berhasil mempekerjakan orang di Jepang, pastikan dengan visa kerja yang benar dan legal. Jangan sampai nantinya setelah di Jepang malah kejar-kejaran sama polisi disini karena merupakan imigran gelap. Tolong jangan bertindak bodoh karena diming-imingi gaji puluhan juta. Selain nama Indonesia menjadi buruk nantinya (sudah jadi buruk sih karena melunjaknya imigran gelap dari Indonesia, jadi jangan dibikin tambah buruk), harap di logika juga bahwa gaji 10 juta sebenernya gak cukup buat hidup di Tokyo yang biaya hidupnya tinggi.
Well… Kembali ke masalah kerja di Jepang. Salah satu langkah untuk bisa kerja di Jepang ya mulailah dengan mengasah kemampuan bahasa Jepang. Baik itu sekolah bahasa ataupun belajar secara individu. Sekolah bahasa di Jepang tentunya lebih banyak memberikan progress dalam kecakapan berbahasa. Namun hati-hati juga ya memilih sekolah bahasa, karena belakangan ini denger-denger banyak juga sekolah bahasa di Jepang yang dalam tanda kutip bukan mencari murid tetapi justru menyalahgunakan murid untuk bekerja. So gali informasi sebanyak mungkin sebelum bertindak. Ada mbah google buat mengorek informasi. So be smart…
Oh iya, ada sedikit good news buat yang mau cari kerja di Jepang, mungkin bisa cek link cara mencari kerja di Jepang. Itu adalah link dari grup Indonesian Community in Japan atau yang biasa disingkat ICJ. Terdapat info dan sharing dari kita dan untuk kita. Walaupun mungkin ga banyak yang bisa didapat dari sana tapi mungkin lumayan buat nambah referensi.
Anyway… Kembali ke topic awal resign dari pekerjaan. Kenapa sih akhirnya resign? Yang kenal dan pernah denger cerita saya pasti udah paham betul kenapa saya ingin resign. Ga jauh-jauh dari yang saya bicarakan sebelumnya bahwa lingkungan kerja di Jepang itu keras. Kerja lembur, sabtu-minggu masuk tanpa libur, bahkan kalau perlu nginep di kantor untuk nyelesain pekerjaan. Walaupun memang ga semuanya begitu. Gaji juga sekedar cukup untuk makan dan minum. So kalau ada yang lebih baik kenapa enggak. Bukannya gak bersyukur yah, justru saya sangat bersyukur dengan perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya. Mereka yang menempa saya untuk menjadi lebih baik. Namun memang ada yang namanya pilihan dan prioritas. Dan resign-lah yang menjadi keputusan saya demi kebaikan saya untuk ke depannya.
Pernah saya tuliskan di cerita sebelumnya tentang pindah apartemen di Jepang part 1 dan part 2. Pindah apartemen aja udah ribet apalagi pindah kota segala. Bener-bener menguras waktu dan tenaga. Sama sekali ga sempet buat farewell 1-1 ke semua temen-temen yang saya kenal. Tapi syukur puji Tuhan semua proses pindahan berjalan lancer walaupun memakan waktu sekitar hampir 3 bulan untuk benar-benar pindah secara saklek alias tuntas.
Gimana proses pindahannya? Gimana hidup di Osaka? Apa bedanya apa di Tokyo? Keep update terus di blog yah… Tunggu di cerita selanjutnya… (^.^)
ivan, ditunggu cerita selanjutnya 🙂
hay salam kenal
wah ngeri juga klo sabtu-minggu masuk kerja plus lembur..jdi lebih bersyukur ma kerjaanku 🙂