Archives

Wisuda Yang Tertunda

Sesuai dengan judul postingnya… kali ini saya akan bercerita tentang wisuda dan sedikit banyak bercerita tentang dunia perkuliahan yang saya jalani. Besok (26 November 2011) adalah tepat hari dimana saya dan teman-teman seangkatan saya di wisuda. Tentunya momen wisuda adalah momen yang paling dinantikan oleh semua mahasiswa. Mengenakan toga dan topi wisuda… Maju ke panggung dan menerima sertifikat kelulusan… Melemparkan topi wisuda dan berfoto bersama teman-teman terutama teman akrab… Semua pasti merupakan momen paling indah dan membahagiakan. Terlebih rasa bangga yang dimiliki karena kini sudah menyandang gelar sarjana. Apalagi bagi wisudawan yang bisa meraih cumlaude…. Wah pasti bangganya akan berkali-kali lipat dari yang lainnya. Namun sayang saya tidak bisa mengalami dan menjadi bagian dari momen membahagiakan tersebut.

“Wisuda Yang Tertunda” itulah yang saya alami karena  saya tidak bisa ambil bagian dari kebahagiaan kami rekan seperjuangan. Jujur saja… itu bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan. Walau alasan saya tidak mengikuti wisuda adalah karena alasan yang baik dan masuk akal, namun tetap saja perasaan sedih itu ada. Banyak teman yang menyayangkan ketidak ikut sertaan saya berada 1 panggung bersama mereka… Mereka meledek… bergurau… bahkan ada yang sampai leluconnya sedikit membuat saya sedih dan sakit hati sehingga menjadi salah satu alasan saya menuliskan postingan ini.  Tetapi apa boleh buat, banyak alasan yang memungkinkan saya untuk tidak ikut. Mulai dari masalah izin, tiket pesawat yang mahal, hingga visa pelajar yang bukan merupakan visa multi entry. Tetapi saya sudah cukup senang karena orang tua saya bisa hadir untuk mewakili saya di acara wisuda walaupun mereka harus datang tanpa saya di acara wisuda tersebut. (^.^)

Jujur… saya menitihkan air mata saat saya menulis postingan ini. Entah karena sedih… entah karena terharu… atau entah karena perasaan lain. Ingin sekali merasakan momen membahagiakan wisuda bersama kedua orang tua. Terlebih seperti yang pembaca ketahui karena saya pernah posting di tulisan “curahan hati seorang penulis”  bahwa perjuangan memperoleh gelar sarjana bukanlah hal yang mudah. Jatuh… bangun… dan kegagalan skripsi pun hampir berada di depan mata… Saya ingat betul ketika akan menjalani sidang skripsi yang ke dua dan itu GAGAL dan harus di reschedule karena alasan yang benar-benar bodoh. Disaat itu saya benar-benar merasa down dan untuk pertama kalinya nangis di area kampus. Untungnya disaat itu ada staff kampus yang berinisial “DN” yang menguatkan saya dan memberikan saya masukan disaat tak ada seorang pun yang memahami betapa beratnya semua itu. (Terima kasih untuk DN yang sudah menemani saat terberat perkuliahan saya saat itu)

Namun sebenarnya bukan kesedihan yang ingin saya sharingkan bersama pembaca sekalian, melainkan sebuah perjuangan. Terkadang sebuah perjuangan membutuhkan sebuah pengorbanan. Saya tidak ikut wisuda karena saya harus berjuang sendirian ditempat saya berada sekarang. Perjuangan untuk tough… berjuang untuk membawa nama baik kampus… dan tentunya berjuang untuk diri sendiri…  Saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama ketika saya memperoleh gelar sarjana dulu yang hampir gagal ketika skripsi. Saya akan berjuang untuk selalu memberikan yang terbaik, karena sekalinya saya gagal… maka “Wisuda Yang Tertunda” itu akan selamanya tertunda dan tidak akan pernah saya alami. Maka dari itu saya ingin bisa lulus S2 dan merasakan “Wisuda Yang Tertunda” itu walau mungkin mengalaminya di negeri orang. Mohon doa dan dukungan dari para pembaca agar sekiranya saya dimampukan.

Karenanya jangan pernah menganggap remeh seseorang yang berjuang. Orang-orang miskin yang berjuang untuk hidup pun harus selalu kita hargai. Karena ada pengorbanan besar dibalik setiap perjuangan yang dilalui oleh setiap orang. Walau pun akhirnya kita harus pasrah dan berserah pada yang di Atas, namun jangan pernah berhenti untuk berjuang. Saya hanya mahasiswa biasa saja… Memperoleh gelar cum laude pun tidak, apalagi menjadi lulusan terbaik. Tetapi saya akan selalu berjuang untuk menjadi yang terbaik. Dan sampai saat itu tiba… maka passion saya untuk menjadi yang terbaik tidak akan pernah padam dan akan selalu menjadi cambuk dan semangat bagi saya untuk terus berjuang.

Salam

Ivan Prakasa

Negeri Baru… Hidup Baru… Semangat Baru…

Oke… akhirnya setelah 2 minggu meninggalkan Indonesia, akhirnya kali ini saya menyempatkan diri untuk berbagi cerita kehidupan di Jepang. Mohon maaf sebelumnya buat para pembaca yang selalu menagih dan mungkin menanti posting saya tentang kehidupan baru yang saya jalani di Jepang. Jujur saja 1 minggu pertama adalah waktu yang sangat menyedihkan bagi mental saya pribadi. (no offense terhadap perasaan saya ya :D)

Perasaan sedih dan berat saya alami selama 1 minggu tiba di Jepang. Walau tahun lalu pernah tinggal di Jepang sebelumnya selama 4 bulan, namun perbedaan kunjungan dan tujuan benar-benar membuat saya drop.  Kalau dulu ada teman yang memiliki tujuan sama sekarang saya harus sendiri. Kalau dulu saya tinggal di homestay family sekarang saya harus tinggal sendiri. Kalau dulu komunikasi menggunakan Bahasa Inggris sekarang saya dituntut sudah fasih berbahasa Jepang. Kalau dulu makanan dan  semuanya lengkap, sekarang saya harus nyicil membeli semua kebutuhan pribadi pelan-pelan.

Semuanya serba berbeda, selain itu ekspetasi saya belajar bahasa Jepang dulu baru memulai riset pun diluar dugaan. Kenyataannya saya harus pelan-pelan memulai riset s2 dan belajar bahasa Jepang dalam waktu yang bersamaan. Jujur saja bahasa Jepang saya masih kacau balau, karena di Indonesia sama sekali tidak mengasah kembali kemampuan berbahasa Jepang. Yahh… semua karena tidak terbersit sedikit pun pikiran bisa kembali ke Jepang. Les bahasa Jepang pun saya jalani kilat yaitu 2 minggu sebelum berangkat ke Jepang. Dari kursus itu yang saya dapat pun hanya recall kemampuan berbahasa Jepang dan sedikit belajar beberapa kosakata baru. Well… well… akhirnya selama kurang lebih 1 minggu di Jepang saya hanya diam, menyendiri, urung dan tidak bersemangat. Hingga akhirnya, menginjak minggu kedua di Jepang segala dukungan, dorongan, dan semangat teman-teman di Indonesia memampukan saya untuk bangkit. Dan satu pesan dari sahabat saya yang memampukan saya untuk bangkit adalah sebagai berikut “Banyak yang ingin kuliah di luar negeri tetapi ga memiliki kesempatan yang sama seperti saya. Jadi harus disyukuri dan harus berikan yang terbaik karena saya sudah memperoleh kesempatan yang langka ini” Yak itulah kira-kira motivasi yang diberikan oleh seorang sahabat yang biasa dipanggil dengan inisial “M”. Awalnya saya sempat menyanggah bahwa semua orang belum ngerasain aja beratnya kuliah di luar negeri, tapi setelah dipikir-pikir lagi, saya pun akhirnya terpacu dengan kata-kata darinya. (Makasih ya “M” :D)

Oke itu saja sedikit curhat perasaan saya, sekarang sudah 2 minggu di Jepang. Saya pun mulai menjalaninya dengan semangat baru (^.^) dan salah satu semangat saya adalah dengan mulai berbagi dan menulis lagi di blog. Walau semua berat tapi segala sesuatu yang indah tidak didapat dengan mudah, semoga perjuangan ini membawa masa depan cerah untuk saya. (^.^)

AMIN

SAATNYA BERCERITA…..

Setibanya di Jepang, tepatnya tanggal 26 September 2011, waktu mengurus imigrasi di bandara saya bertemu dengan peraih beasiswa Monbukagakusho lain. Sempat mengobrol sejenak dan mengurus imigrasi bersama-sama. Bahkan sempat akrab dengan salah seorang dari penerima beasiswa lain yang merupakan seorang wanita sebut saja “X” dan kami berjalan beriringan mengurus imigrasi.   Agak berbeda dari tahun lalu dimana saya dengan mudah menemukan orang yang menjemput saya, kali ini saya sampai ke information center untuk memanggil nama orang yang menjemput saya tersebut. Bahkan “X” pun sampai Continue reading

Curahan Hati Seorang Penulis

Well… mohon maaf buat para pembaca setia sekalian karena blog ini sempat vakum selama 1 bulan. Mengingat akan kesibukan skripsi, persiapan ke Jepang, dan berbagai hal lain. Tadinya tulisan berjudul “Curahan Hati Seorang Penulis” ini ingin saya tulis sebelum saya tiba di Jepang. Namun apa daya tulisan ini baru sempat saya tulis sekarang. Mungkin tidak ada yang spesial dari tulisan ini, namun saya ingin sedikit berbagi perasaan yang saya miliki dan semoga lewat tulisan ini kita bisa saling memotivasi. 😀 Oke langsung saja saya bercerita ya….

Perjalanan memperoleh beasiswa ke Jepang sungguh tidaklah mudah. Jujur jika saya ingin melihat kapasitas diri, saya tidak memiliki kemampuan dan kapabilitas yang cukup. Saya lemah dalam coding, programming, logika matematika, algoritma dan berbagai hal lain yang menjadi dasar dan pokok bagi seseorang yang berkecimpung di dunia teknik informatika. Cuma 1 modal yang saya miliki untuk memperoleh beasiswa, yaitu Continue reading