Tag Archive | japan’s live

Hauru Anak Metal (^.^)

Hari minggu kemarin tepatnya tanggal 16 Oktober 2011 saya berkunjung kerumah ex homestay family saya di Jepang tahun lalu. Cuaca di pagi hari sungguh kacau. Hujan cukup lebat dan angin kencang membuat saya agak malas pergi saat itu. Terlebih karena hari itu adalah hari minggu, tidak ada bus sekolah yang beroperasi, rasa malas semakin menjadi-jadi karena mau tidak mau saya harus naik sepeda untuk pergi ke stasiun terdekat. Sempat terbersit pikiran untuk membatalkan janji, tetapi karena sebelumnya saya pernah membatalkan janji untuk bertemu, jadi sangat tidak mungkin saya membatalkan lagi rencana ketemu saat itu dengan alasan angin topan. >.<

Akhirnya saya pun berdoa agar cuaca sedikit membaik. Tuhan pun mengabulkan dan pada saat itu kira-kira jam 8.15 saya pun berangkat menggunakan sepeda untuk pergi ke stasiun dekat kampus. Walau hujan sudah berhenti, tapi awan masih mendung dan angin bertiup sangat kencang. Kebetulan angin saat itu berlawanan arah dengan tujuan saya, sehingga untuk mengayuh sepeda sangat berat dan susah sekali rasanya. Apalagi jika ada tanjakan naik, wah terpaksa saya harus turun dari sepeda karena tidak kuat untuk mengayuh sepeda. >.<

Perjalanan cukup lancar walau terasa agak berat. Saya pun akhirnya sampai di stasiun Chiba New Town Chuo yang lokasinya dekat kampus Tokyo Denki University. Untuk pertama kalinya saya pun menitipkan sepeda ditempat umum, untungnya ada orang yang juga menitipkan sepedanya, jadi saya hanya mengikuti saja apa yang ia lakukan waktu menitipkan sepeda. Dan yang patut di syukuri parkir atau tempat penitipan sepedanya tidak harus bayar (^.^)

Oke saatnya membeli karcis untuk menuju stasiun Shiroi yaitu stasiun terdekat dengan rumah keluarga ex homestay family saya. Setibanya di Shiroi, saya pun harus berjalan kira-kira 15-20 menit  untuk menuju rumah homestay family saya. Karena saya agak sedikit kepagian, maka saya pun membeli sarapan dulu di naritaya di dekat rumah ex homestay family saya.

Tepat hampir jam 10, saya pun menekan bel pintu rumah ex homestay family saya. PING PONG. Kemudia terdengar suara radio kecil yang merupakan suara bapak ex homestay family saya yang menanyakan ada perlu apa. Saya pun berkata “Otosan, its me Ivan” yang artinya “Ayah, ini saya Ivan”.

Begitu pintu dibuka jeng jeng… mereka semua kelihatan kaget saya berkunjung. Saya memberi salam dalam bahasa Jepang ala kadarnya. (^.^) Pada saat itu Hauru menangis, entah sudah nangis duluan atau tepat saya datang ia baru menangis. Hauru yang saat itu sudah semakin besar tampak lucu dengan model rambutnya sekarang. Berikut foto Hauru terbaru.

Mungkin kemarin ada pembaca yang melihat status saya di twitter atau facebook tentang Hauru si anak metal. Bisa dilihat potongan rambut Hauru yang sekarang agak gondrong, itulah mengapa saya menyebutnya anak metal. Hahahahahaa <– *garing ya…. =.=”

Saya memberikan oleh-oleh yang saya bawa dari Indonesia. Saya bawa abon, kopi, dan baju batik untuk Hauru. Ternyata bajunya masih kegedean aja. Hahaha >.<

Obrolan panjang pun terjadi, mulai dari kenapa saya kembali ke Jepang, tinggal dimana sekarang, dan pertanyaan lain yang cukup banyak diajukan kepada saya.

Selain mengobrol, kami pun bermain bersama Hauru. Dan saya memperhatikan si ibu kok perutnya gendut ya…?! Jangan-jangan??!!! Dan benar, ternyata si ibu hamil lagi….. (^.^)v Ketika dikonfirmasi sudah berapa bulan, mereka berkata bahwa sekarang sudah 7 bulan. Waduh…. sebentar lagi dong. Dan saat 9 bulan berarti jatuh di bulan Desember. WADUH…. sekeluarga ulang tahunnya Desember semua. Yang saya ingat tahun lalu ultah Hauru 5 Desember, kemudian ultah ibunya seminggu kemudian dan seminggu kemudian bapaknya yang ultah. Weleh weleh…. Nampaknya disengaja ya ini. Hahahaha…. 😛

Menjelang waktu makan siang, semua berganti pakaian karena mereka hendak makan siang di Mc Donald. Buat yang belum tahu Mc Donald di Jepang seperti apa, baca posting saya tentang Mc Donald di Jepang tahun lalu ya. Pantas saja ibunya tidak menyiapkan makan siang saat itu. Padahal biasanya jam 11an sudah masak dan ribet di dapur. Saya pun memutuskan untuk ikut makan siang bersama dan sebelum pergi kami berfoto bersama.

Dulu ketika memesan makan di McDonald, orang tua homestay menemani saya untuk memesan. Tetapi sekarang saya sudah bisa memesan makanan sendiri. Walau sebenarnya agak takut. Hahaha…. Tapi Puji Tuhan saya bisa (^.^)v

Sekarang Hauru sudah dewasa dan sudah bisa makan sendiri. Coba lihat aksi Hauru makan berikut ini. Sayang saya tidak membuat videonya. Aksi makan Hauru bener-bener kocak deh. Hahaha….

Yak itulah sekilas mengenai kunjungan kerumah Hauru. Sekarang dia sudah bisa berjalan dan hampir bisa bicara. Dan sebentar lagi dia sudah jadi kakak. Semoga dia bisa jadi kakak yang baik untuk adiknya. AMIN….

Oke deh sampai jumpa di posting berikutnya ya. (^.^)

Apartemen di Jepang

Terima kasih buat pembaca setia yang selalu menanti setiap posting saya di blog. Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya akan membahas mengenai apartemen di Jepang. Lebih tepatnya apartemen tempat saya tinggal sih. Hehehe….

Sebelumnya puji Tuhan banget deh bisa dapet apartemen yang sekarang. Pasalnya dulu sebelum tiba di Jepang diinfokan bahwa apartemen yang ditempati harganya 50.000 Yen per bulan atau setara dengan 5 juta rupiah per bulan. Sudah mencakup pemakaian air tetapi belum termasuk listrik dan gas untuk air panas.  Dan untuk membayar uang muka untuk sewa apartemen diperlukan sekitar 200.000 Yen atau setara dengan 20 juta rupiah,  sedangkan uang beasiswa baru keluar bulan depan. Alhasil orang tua harus bekerja ekstra keras untuk mempersiapkan uang untuk saya pinjam yang setiap bulan nanti akan saya bayar dari kelebihan uang beasiswa yang saya terima.

Dengan modal nekad dan pegangan uang yang pas-pasan akhirnya berangkat ke Jepang untuk melanjutkan studi s2. Tapi teryata Tuhan memang baik ya. Entah apa penyebabnya, akhirnya saya bisa menempati apartemen yang sekarang dengan biaya yang lebih murah. Kalau tidak salah info sih katanya apartemen dengan harga 50 ribu Yen itu harga sewanya naik. Jadilah saya menempati apartemen yang sekarang dengan harga hanya 35 ribu Yen saja atau setara dengan 3,5 juta rupiah, sudah termasuk pemakaian air tetapi belum termasuk listrik dan biaya gas bulanan. Untuk uang muka apartemen pun jauh lebih murah hanya sekitar 120 ribu Yen saja atau setara dengan 12 juta rupiah. Wah puji Tuhan banget deh… Jadi saya memiliki kelebihan uang untuk cadangan saya dan untuk membeli keperluan dan peralatan elektronik yang diperlukan. Apartemen saya memang kecil, tapi saya merasa nyaman dan cukup senang bisa tinggal di apartemen yang sekarang.

Apartemen yang saya tempati hanya memiliki 2 lantai. Maklumlah apartemen kecil hehehe… Berlokasi di daerah Warino di kota Inzai di Chiba saya pun menempati apartemen nomor 208.

Begitu masuk, akan nampak Continue reading

Negeri Baru… Hidup Baru… Semangat Baru…

Oke… akhirnya setelah 2 minggu meninggalkan Indonesia, akhirnya kali ini saya menyempatkan diri untuk berbagi cerita kehidupan di Jepang. Mohon maaf sebelumnya buat para pembaca yang selalu menagih dan mungkin menanti posting saya tentang kehidupan baru yang saya jalani di Jepang. Jujur saja 1 minggu pertama adalah waktu yang sangat menyedihkan bagi mental saya pribadi. (no offense terhadap perasaan saya ya :D)

Perasaan sedih dan berat saya alami selama 1 minggu tiba di Jepang. Walau tahun lalu pernah tinggal di Jepang sebelumnya selama 4 bulan, namun perbedaan kunjungan dan tujuan benar-benar membuat saya drop.  Kalau dulu ada teman yang memiliki tujuan sama sekarang saya harus sendiri. Kalau dulu saya tinggal di homestay family sekarang saya harus tinggal sendiri. Kalau dulu komunikasi menggunakan Bahasa Inggris sekarang saya dituntut sudah fasih berbahasa Jepang. Kalau dulu makanan dan  semuanya lengkap, sekarang saya harus nyicil membeli semua kebutuhan pribadi pelan-pelan.

Semuanya serba berbeda, selain itu ekspetasi saya belajar bahasa Jepang dulu baru memulai riset pun diluar dugaan. Kenyataannya saya harus pelan-pelan memulai riset s2 dan belajar bahasa Jepang dalam waktu yang bersamaan. Jujur saja bahasa Jepang saya masih kacau balau, karena di Indonesia sama sekali tidak mengasah kembali kemampuan berbahasa Jepang. Yahh… semua karena tidak terbersit sedikit pun pikiran bisa kembali ke Jepang. Les bahasa Jepang pun saya jalani kilat yaitu 2 minggu sebelum berangkat ke Jepang. Dari kursus itu yang saya dapat pun hanya recall kemampuan berbahasa Jepang dan sedikit belajar beberapa kosakata baru. Well… well… akhirnya selama kurang lebih 1 minggu di Jepang saya hanya diam, menyendiri, urung dan tidak bersemangat. Hingga akhirnya, menginjak minggu kedua di Jepang segala dukungan, dorongan, dan semangat teman-teman di Indonesia memampukan saya untuk bangkit. Dan satu pesan dari sahabat saya yang memampukan saya untuk bangkit adalah sebagai berikut “Banyak yang ingin kuliah di luar negeri tetapi ga memiliki kesempatan yang sama seperti saya. Jadi harus disyukuri dan harus berikan yang terbaik karena saya sudah memperoleh kesempatan yang langka ini” Yak itulah kira-kira motivasi yang diberikan oleh seorang sahabat yang biasa dipanggil dengan inisial “M”. Awalnya saya sempat menyanggah bahwa semua orang belum ngerasain aja beratnya kuliah di luar negeri, tapi setelah dipikir-pikir lagi, saya pun akhirnya terpacu dengan kata-kata darinya. (Makasih ya “M” :D)

Oke itu saja sedikit curhat perasaan saya, sekarang sudah 2 minggu di Jepang. Saya pun mulai menjalaninya dengan semangat baru (^.^) dan salah satu semangat saya adalah dengan mulai berbagi dan menulis lagi di blog. Walau semua berat tapi segala sesuatu yang indah tidak didapat dengan mudah, semoga perjuangan ini membawa masa depan cerah untuk saya. (^.^)

AMIN

SAATNYA BERCERITA…..

Setibanya di Jepang, tepatnya tanggal 26 September 2011, waktu mengurus imigrasi di bandara saya bertemu dengan peraih beasiswa Monbukagakusho lain. Sempat mengobrol sejenak dan mengurus imigrasi bersama-sama. Bahkan sempat akrab dengan salah seorang dari penerima beasiswa lain yang merupakan seorang wanita sebut saja “X” dan kami berjalan beriringan mengurus imigrasi.   Agak berbeda dari tahun lalu dimana saya dengan mudah menemukan orang yang menjemput saya, kali ini saya sampai ke information center untuk memanggil nama orang yang menjemput saya tersebut. Bahkan “X” pun sampai Continue reading