Posting kali ini saya akan berbicara sedikit mengenai social media. Posting ini saya tulis sekedar mengomentari seseorang yang sempat ngobrol dengan saya via Yahoo Messenger waktu itu, yang katanya beliau di blokir oleh anaknya di social media. Hihihi… denger gitu sih saya hanya bisa tertawa saja… Alasan yang diutarakan si anak simple, yaitu GAK BISA EKSIS. Jawaban itu sedikit membuat saya tertawa geli… Kalau saya jadi si anak sih ga akan setega itu nge block ortu sendiri. Walau memang saya akui saya jadi ga bisa eksis di social media.
Nah saya sekarang ingin bertanya kepada para pembaca terutama kalian para abegeh… Kalau papa mama kalian aktif di social media kalian setuju atau ga? Mari kita menimbang dan meniliknya lebih jauh.
Buat saya pribadi orang tua yang eksis di social media di satu sisi sebenarnya saya merasa senang, karena itu artinya orang tua kita adalah orang tua yang terus belajar dan menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Selain itu bagi saya pribadi yang tinggal jauh dan memiliki keterbatasan komunikasi dengan orang tua, social media adalah salah satu tempat bagi saya untuk berkomunikasi dengan mereka. Tapi saya akui secara pribadi bahwa eksistensi orang tua di social media membuat saya tidak cukup bebas dalam berekspresi. Seolah-olah ruang gerak menjadi terbatas, tidak bisa ini dan tidak bisa itu (^.^)? Hehehe
But let see dari kapasitas jika kita bila menjadi orang tua. Orang tua tentu akan bisa mengenal anaknya lebih jauh dari status serta dari aktivitas yang dilakukan oleh si anak. Selain itu, tentunya orang tua akan menjadi lebih mudah memantau pergaulan anaknya di social media. Terlebih akan banyak isu-isu yang kurang menyenangkan yang terjadi di social media. Hal ini tentunya membantu orang tua dalam mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Tapi jika orang tua terlalu berlebihan dalam memproteksi si anak, tentunya si anak juga akan merasa risih dan jika sudah mencapai puncaknya mungkin kejadian yang dialami oleh seseorang yang saya ceritakan di atas akan terjadi, yaitu si ortu akan di blokir oleh si anak.
Jadi pemecahannya bagaimana? Jadi orang tua harus bagaimana? Apa win win solution yang ditawarkan dong? Continue reading →